“[ADALAH wajib bagi manusia] untuk tidak bersikap munafik.
“Misalnya, jika ada seorang Hindu (apakah itu penguasa ataupun pejabat) mengataan bahwa Rām (Tuhan orang Hindu—penerj.) dan Rahīm (Maha Penyayang) itu satu adanya maka pada kesempatan seperti itu janganlah bersikap mudahinah (mengiya-iyakan).
“Allāh Ta‘ālā tidak melarang kita dari peradaban (tata krama).
“Berikanlah jawaban yang sesuai dengan tata krama.
“Hikmah itu bukanlah berarti supaya kita melakukan pembicaraan tanpa sebab yang menimbulkan amarah serta peperangan.
“Janganlah sekali-kali menyembunyikan kebenaran. Sebab, dengan cara mengiya-iyakan, manusia bisa menjadi kafir.
[Syair] “Yaare Ghaalib syaw keh taa ghaalib…
“Hendaknya kita harus menjaga dan memelihara perasaan Allāh Ta‘ālā.
“Di dalam agama kita, tidak terdapat hal-hal yang bertentangan dengan tata krama.”
—Malfūzhāt I : 6—7, London, 1984
28 Desember 2014
hendaknya kita harus menjaga dan memelihara perasaan Allāh Ta‘ālā
Label:
Allah swt.,
ar-Rahim,
Hindu,
malfuzhat,
malfuzhat 1,
malfuzhat 1:6—7,
munafik
Lokasi:
Jakarta, Jakarta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar