11 Maret 2015
ALLAH Ta'aalaa menyayangi orang-orang yang bertakwa
—Malfūzhāt I:9, London, 1984; penerjemah: MI
15 Januari 2015
YANG lebih banyak sombongnya daripada orang kaya
08 Januari 2015
EMOSI diri janganlah mempergunakan kata-kata yang menyakitkan hati
PADA tahun 1987, Hadhrat Masīh Mau‘ūd a.s. bersabda:
“SAYA sama sekali tidak menyatakan diri saya sebagai maulwi, dan saya tidak suka kalau ada orang yang menyebut saya maulwi.
“Dari kata itu saya merasa pedih sedemikian rupa sebagaimana seseorang telah mencaci saya”.
Beliau a.s. bersabda:
“ORANG-orang akan memberikan kedukaan dan segala macam kesusahan kepada Anda.
“Namun warga Jemaah kita janganlah menampakkan emosi.
“Karena, emosi diri janganlah mempergunakan kata-kata yang menyakitkan hati.
“Allāh Ta‘ālā tidak menyukai orang-orang yang bersikap demikian.
“Allāh Ta‘ālā ingin menjadikan Jemaah kita sebagai suatu contoh.”
—Malfūzhāt I : 8—9, London, 1984
06 Januari 2015
ADAPUN sikap keras/tegas yang kita lakukan terhadap para penentang di beberapa tempat/tulisan, itu adalah untuk melenyapkan/mengikis ketakaburan mereka
Hadhrat Masīh Mau‘ūd a.s. bersabda:
“ADAPUN sikap keras/tegas yang kita lakukan terhadap para penentang di beberapa tempat/tulisan, itu adalah untuk melenyapkan/mengikis ketakaburan mereka.
“Itu bukanlah jawaban-jawaban kasar, melainkan sebagai pengobatan, itu merupakan obat yang pahit: Al-Haqqu murrun (kebenaran itu memang pahit).
“Namun demikian, tidak dibenarkan bagi setiap orang untuk menggunakan tulisan yang demikian.
“Jemaat hendaknya berhati-hati.
“Setiap orang hendaknya menimbang hatinya, apakah dia menuliskan kata-kata demikian itu hanya sebagai rasa anti dan permusuhan, ataukah pekerjaan itu didasari oleh suatu niat yang baik?
“Hendaknya jangan menampakkan sikap permusuhan terhadap para penentang.
“Justru hendaknya harus memanfaatkan doa serta berusaha melalui berbagai cara.”
—Malfūzhāt I:8, London, 1984
02 Januari 2015
MENGAPA “nuzul” disematkan untuk Almasih?
Pada tahun 1896, Hadhrat Masīh Mau‘ūd a.s. menerangkan:
“ADA suatu kata tentang kedatangan Hadhrat al-Masīh a.s..
“Kata itu adalah nuzul, bukan ruju’ (kembali).
“Pertama-tama, kata yang digunakan bagi orang yang kembali adalah ruju’, sedangkan kata ruju’ di mana pun tidak pernah digunakan bagi Nabi Isa a.s..
“Kedua, kata nuzul tidaklah berarti turun dari langit.
“Nazīl berarti musafir.”
—Malfūzhāt I:8, London, 1984